DAFTAR ISI

Supported by Seowaps

Kamis, 14 Januari 2016

Pendakian Gunung Merapi

Halo blogger! aku mau share cerita pendakian Gunung Merapi. Yap, gunung merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di dunia, karena seringnya terjadi erupsi. secara administratif gunung merapi berada di daerah sleman, magelang dan boyolali. jalur resmi gunung merapi adalah di new selo boyolali. pada tanggal 9-10 mei 2015 aku, mas eru, mas agung, eva, elin, nunung, ivan, bayu, dan febi menuju ke basecamp merapi melalui jalur selo. kami berangkat pukul 10.00 dari Purwokerto, untuk menuju basecamp new selo kita bisa lewat arah ketep kemudian ambil jalur menurun ke kanan menuju boyolali. sepanjang jalan kita akan disuguhi indahnya gunung merbabu dan merapi. jalan berikutnya kita masih lurus sampai ada pertigaan yang ditandai dengan pohon beringin dan plang arah new selo, kami berbelok ke kanan dan sampailah di basecamp barameru.
malam itu pendakian sangat ramai, mungkin karena momen pendakian ya, hehe. tarif pendakian gunung merapi adalah Rp. 15.000,- per orang. di basecamp barameru ini sudah dipasang tanda kalo pendakian hanya boleh sampai pasar bubrah. demi keamanan kita, karena kondisi tanah di puncak begitu labil dan sempit sehingga berbahaya, jadi jangan dilanggar ya para climber :D

kami memulai perjalanan pukul 20.00 tanpa sempat makan siang dulu, huhu -___- jalur mula mula adalah aspal sampai kita menemukan tulisan new selo yang besar dan di sekelilingnya terdapat warung warung untuk wisatawan. 

New selo - gerbang pendakian


dari new selo kita ambil jalur setapak kecil arah kiri. jalur ini sejauh 200 meter dengan kondisi jalan yang bagus, dan menanjak continue tapi belum parah. kita akan melewati perkebunan warga di sekitar kita, setelah jalan setapak trek berupa tanah yang berdebu saat musim kemarau dan licin saat musim hujan. sedikit tips saat naik gunung lebih baik menggunakan sepatu gunung dan saat turun menggunakan sandal gunung agar jari kaki tidak terbentur. jalur masih konsisten sampai jarak 1500 meter ( menurut peta ). jalur new selo ini cukup jelas sehingga kemungkinan pendaki nyasar hanya sedikit, asal jangan lupa berdoa hehe. cuaca siang itu cukup cerah diiringi sejuknya pepohonan rimbun sehingga membuat udara terasa segar sepanjang jalan.  1 jam kemudian pukul 15.00 kami sampai di gerbang pendakian. gerbang ini bisa digunakan untuk istirahat karena cukup teduh dan terdapat gazebo.

Gerbang pendakian - pos I


trek menuju pos I semakin berdebu dan lebih menanjak dari sebelumnya. usahakan jangan berpencar atau memisahkan diri dari kelompok agar saling membantu. jarak dari gerbang pendakian menuju pos I adalah 600 meter dengan kondisi hutan yang cukup rapat. tips buat para pendaki, sebaiknya gunakan masker karena saat berpapasan dengan pendaki lain yang turun pasti debu berterbangan sehingga mengganggu pernafasan. pukul 16.30 kami sampai di pos I. pos I hampir mirip dengan gerbang pendakian hanya lebih sempit namun juga terdapat gazebo untuk pendaki yang hendak istirahat disini.

pos I - pos II

menuju pos II jalur semakin menjadi, bebatuan mendominasi trek ini. dari sini terlihat puncak merapi di depan, dan gunung merbabu yang begitu gagah di belakang kami. jarak pos I menuju pos II sekitar 500 meter, tidak terlalu jauh namun menanjak. dari sini kita harus mulai berhati hati karena di kanan kiri jalan terdapat jurang sehingga kita harus berjalan berurutan. pukul 23.00 kami sampai di pos II. mulai dari pos II ini sudah banyak tenda yang berdiri. meskipun tidak luas, tapi pendaki bisa mendirikan tenda di pos II ini secara berurutan, nilai plus di pos II ini adalah tidak terkena terpaan angin kencang secara langsung. 

pos II - pasar bubrah

menuju pasar bubrah, batas vegetasi sudah habis dan dari pos II trek mulai terbuka berupa pasir dan kerikil serta bebatuan yang labil. udara pagi mulai terasa. menuju pasar bubrah diawali dengan trek yang menanjak lalu kami sampai di tanah yang cukup datar namun bersebelahan dengan jurang. selanjutnya kami menemukan sebuah batu memoriam dua pendaki yang dulu meninggal di gunung merapi ini. trek selanjutnya masih terus berupa pasir namun jalur menurun, kami melihat hamparan pasir yang luas yang sudah terdapat beberapa tenda, sampailah kami di pasar bubrah. pos pasar bubrah bisa menampung ratusan tenda karena sangat luas, hanya kita harus berhati hati karena angin kencang terus berhembus sehingga udara menjadi dingin. kami segera mendirikan tenda dan memasak. pagi harinya pukul 08.00 kami bangun untuk mencapai puncak , sayang matahari agak malu malu dengan siluetnya pagi itu. dari pasar bubrah ini terlihat gunung sumbing, sindoro, merbabu, prau dan lawu cukup cerah. pukul 09.00 pasar bubrah ramai oleh para pendaki.

kami memasak dan membereskan keperluan tenda agar segera turun. ada himbauan bahwa pukul 15.00 pasar bubrah harus steril dari pendakian. saat turun usahakan tetap beriringan dengan rombongan karena pasir membuat trek menjadi licin sehingga besar kemungkinan kita bisa terpeleset. kami turun pukul 13.00 dan sampai basecamp barameru pukul 16.00 dengan selamat, alhamdulillah

Puncak Merapi

kawah Merapi

teman-teman yang muncak ke Merapi


JALUR PENDAKIAN SUMBING VIA GARUNG LAMA

Jalur pendakian gunung sumbing memang terkenal dengan medan yang full menanjak, sangat jarang dijumpai  trek bous/mendatar. Jalur pendakian gunung sumbing meerupakan gunung dengan trek terberat diantara gunung yang ada di jawa tengah.

Gunung sumbing memiliki ketinggian 3371 mdpl di puncak tertingginya. Gunung sumbing letaknya berhadapan dengan gunung sindoro yang terletak di perbatasan kabupaten wonosobo dan temanggung. Jalur pendakian yang paling umum adalah melalui desa garung wonosobo.

 (peta jalur garung)


Di desa garung terdapat dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan baru, namun sebagian besar pendaki memilih jalur lama karena lebih cepat dan sangat disarankan oleh pengurus basecamp disana. Jalur lama ini tidak ada sumber air jadi harus membawa dari bawah dan jangan sampai kekurangan. Berikut jalur pendakian gunung sumbing via garung lama :

Basecamp-Pos 1 (malim)
(Pos Malim)

Jalur pendakian dari basecamp ke pos 1 berupa jalan aspal munuju ke ladang penduduk. Sampai di area ladang penduduk yang ditanami tembakau, jalur berubah menjadi jalur makadam (batu yang tersusun rapi) dengan trek yang cukup landai. Waktu tempuh dari basecamp ke pos 1 sekitar 2,5 – 3 jam jalan kaki. Sebaiknya bagi para pendaki yang memiliki waktu yang terbatas dan untuk menghemat tenaga, disarankan untuk menggunakan jasa ojek dengan ongkos Rp. 25.000 per orang dengan waktu tempuh 15 menit perjalanan. Lumayan buat mengehmat tenaga karena trek selanjutnya selepas pos 1 lebih ekstrim lagi. Di pos 1 terdapat shalter yang bisa untuk beristirahat.

Pos I – Pos II (Genus)
Jalur pendakian dari pos 1 ke pos 2 berupa trek tanah padat yang cukup nyaman di kaki. Jalur agak sedikit menanjak namun masih dalam taraf yang manusiawi. Terdapat banyak percabangan di kawasa ini namun tetap satu jalur.
 (Pos Genus)

Waktu tempuh dari pos 1 ke pos 2 sekitar 50 menit. Pos 2 berupa tanah yang cukup lapang yang bisa menampung 3 buah tenda untuk 4 orang.
Pos 2 – pos 3 (seduplak roto)
Trek semakin menanjak selepas pos 2. Jalur masih berupa tanah merah padat uyang bila hujan pasti akan sangat licin. Belum lagi tingkat kecuramannya yang cukup tinggi. Dari pos 2 ke pos 3 hampir tak ada trek yang cukup tinggi. Dari pos 2 ke pos 3 hampir tak ada trek mendatar, semuannya full tanjakan terjal

(Seduplak Roto)

Lama pendakian dari Genus ke Seduplak roto sekitar 60 menit dengan waktu istirahat yang minim. Di pos 3 atau seduplak roto bisa menampung 5-6 buah tenda ukuran 4 orang. Bila tenaga atau cuaca tidak memungkinkan disarankan untuk mendirikan tenda.

Pos 3 – pestan :

Dari pos 3 ke pestan hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Pos pestan berupa tanah datar yang cukup luas yang bisa menampung puluhan tenda, namun sangat tidak disarankan untuk mendirikan tenda disini karena rawan badai dan kondisi lokasi yang berupa tanpa pelindung apapun seperti pepohonan dan batu besar.

Pestan – pasar watu
Dari pestan trek pendakian verubah menjadi trek batu besar. Jalurnya pun semakin menanjak. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk melewati trek selepas pestan ini. Jalur pendakiannya cukup jelas jadi tak usah kuatir tersesat asalkan mematuhi petunjuk yang ada.

(Pasar Watu)

Waktu tempuh dari pestan ke pasar watu sekitar 90 menit, namun serasa 3 jam. Di pasar watu ada sedikit tanah datar yang bisa untuk mendirikan 1-2 buah tenda saja. Pos pasar watu ditandai dengan adanya banyak batu raksasa yang berserakan di tempat tersebut.

Pasar watu – watu kotak
Penderitaan tak hanya sampai pasar watu saja. Menuju pos selanjutnya yaitu watu kotak, trek pendakian semakin menanjak dan menjadi-jadi, tanjakannya membuat utut dan wajah bertemu. Jalur pendkian masih berupa batu besar dengan tanjakan yang terjal.

(Watu Kotak)

Dibutuhkan sekitar 2 jam untuk sampai ke watu kotak dari pasar watu. Biasanya para pendaki mendirikan tenda di pos terakhir ini sebelum summit attack pada dini harinya. Namun perlu diktahui juga bahwa lahan untuk ngecamp di watu kotak sangat terbatas, jadi jangan sampai tidak kebagian tempat.

Watu kotak – puncak buntu – puncak kawah
Dari watu kotak jalur pendakian masih didominasi oleh batu-batu besar dengan tanjakan tanpa ampunan. Masih 1 jam lagi untuk sampai ke puncak buntu gunung sumbing dari watu kotak. Sebelum puncak buntu, pendakian akan menemui sebuah pertigaan dimana kalau lurus menuju puncak buntu dan bilabelok ke kiri menuju puncak kawah.

 (Puncak Sejati)

Sebagian besar pendaki akan mengambil jalur lurus ke puncak buntu, namun sebenarnya puncak kawah memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding puncak buntu meskipun bukan puncak tertinggi.

Minggu, 03 Januari 2016

Suku Baru di Purbalingga

Manusia Kerdil yang dianggap Suku Baru di Purbalingga
Dalam beberapa hari terakhir masyarakat Desa Ponjen dan masyarakat Kecamatan Karanganyar sekitarnya digemparkan dengan isu adanya suku baru asli Purbalingga. Suku asing tersebut diketahui menempati hutan di Desa Ponjen. Tepatnya, jalan Desa ponjen yang akan dibuka ke arah Desa Karangjambu Kecamatan Karang Jambu. Pasalnya beberapa masyarakat sempat menjumpa sejumlah orang asing di wilayah tersebut dan tidak mengenakan pakaian. orang asing yang dianggap suku terasing tersebut beberapa kali muncul. Namun saat warga hendak menyapa dan menanyakan identitas orang yang tidak mengenakan pakaian tersebut langsung lari dan masuk ke dalam hutan. Kejadian ini kemudian menyebar bukan hanya di Desa Ponjen saja namun sudah merambah ke desa lain yang ada di wilayah Kecamatan karanganyar dan sekitarnya. Warga Desa Maribaya Ahmad Syarif mengatakan, beberapa hari ini dirinya memang mendengar perihal penemuan suku baru di Desa Ponjen. Menurut informasi dari masyarakat, orang tersebut tidak memakai pakaian sama sekali. Saat mau disapa warga, katanya langsung lari dan cara larinya sangat kencang, sehingga masyarakat tidak bisa menangkapnya. Ia menambahkan, selain itu orang yang dianggap suku baru ini juga sempat terlihat bukan hanya sekali. Masyarakat beberapa kali menjumpai orang yang sama di area pembukaan jalan Desa Ponjen ke arah Desa Karang Jambu yang belum selesai. Bahkan muncul isu lain lagi seperti dituturkan Adi warga Bobotsari. Menurut Adi ada juga kabar yang mengatakan orang-orang asing tersebut beberapa kali muncul dan menghilang secara tiba-tiba. Konon kabarnya kaya bisa terbang. Sementara itu kepala Desa Ponjen Zaenal Arifin saat dikonfirmasi Radarmas mengatakan, sepengetahuan dirinya tidak ada suku baru di jalan baru Desa Ponjen menuju Desa Karang Jambu. Namun, dari penelusurannya memang ada sepasang suami istri yang dulunya hidup di kadus IV yang kerjanya di hutan dan buruh. Setelah dia tidak memiliki tanah kemudian dia menetap di atas daerah pinggiran hutan Ia menambahkan, orang tersebut namanya Warsidi dan memiliki empat orang anak. Warsidi sudah menetap di hutan tersebut sudah tujuh tahun lebih bersama keluarganya. Selama menetap dipinggiran hutan memang keluarga warsidi tidak pernah turun ke desa. Sehingga, saat masyarakat menjumpai warsidi tersebut dianggap orang asing atau suku baru penghuni hutan tersebut. Ia menjelaskan, setelah warga tersebut diidentifikasi sebagai warga kadus IV Desa Ponjen yang bernama Warsidi. Pihak desa sudah melakukan proses pembujukan agar Warsidi mau meninggalkan hutan dan bergabung dengan masyarakat desa lainnya. Pemerintah Desa Ponjen juga sudah menawarkan tanah kas desa untuk ditempati Warsidi dan keluarganya. Kita sudah siapkan tanah baru untuk tempat tinggal mereka namun sampai saat ini Warsidi dan keluarganya
belum mau meninggalkan hutan.